Selasa, 21 Desember 2010

semoga akan terbit mentari yang benderang setelah mendung kelabu ini..

Jumat, 17 Desember 2010

Mari berkarya

Mba kos di hn sedang rajin berkarya dengan kain flanel, sedangkan adik kos yang bagian penjualan. Ceritanya berawal dari iseng-iseng jadi bisnis kecil-kecilan. Produknya ada gantungan kunci n bros. Ada bentuk bunga, daun, huruf, mobil, dll.
Aku sedang pusying berkutat dengan draft kolokium yang ga selesai-selesai. Tiba-tiba malam ini pengen refreshing. Coba ah ikut berkarya bikin gantungan kunci. Tapi bentuk apa yha? Dipikir-pikir,, dipikir-pikir,, akhirnya nemu juga bentuk yang akan ku bikin. Coba tebak, bentuk apakah itu??

























>>>> telor ceplok <<<<

hohoho. . ^^

Selasa, 14 Desember 2010

apaan nih??

apa yang menyulitkan pikiranku saat ini, seakan tak ada pikiran lain yang lebih penting untuk aku pikirkan selain masalah ini!!!

wake up! wake up, pit!!

Dejavuku

Mereka bilang,,
"Yang lalu biarlah berlalu"

namun yang ku rasa,,
"Yang lalu menjadi benalu yang menggores pilu di hati yang tak malu menikam sembilu pada kenangan masa lalu"

Jleb!! Tetesan darahmu seiring dengan tetesan air mataku.. Pergilah kau! Menjauh dari makhluk jahat bersebut 'aku'.


-tiba2 kayak teater-

>>> imajinasi tingkat tinggi mulai beraksi ketika sulit tidur

Selasa, 30 November 2010

Agar Hati Tidak Membatu


Segala puji bagi Allah, yang membentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi-Nya, teladan bagi segenap manusia, yang menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus menuju ampunan dan ridha-Nya. Amma ba’du.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras dan jauh dari Allah.” (al-Fawa’id, hal. 95).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh celaka orang-orang yang berhati keras dari mengingat Allah, mereka itu berada dalam kesesatan yang amat nyata.” (QS. az-Zumar: 22).

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, “Maksudnya, hati mereka tidak menjadi lunak dengan membaca Kitab-Nya, tidak mau mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya, dan tidak merasa tenang dengan berzikir kepada-Nya. Akan tetapi hati mereka itu berpaling dari Rabbnya dan condong kepada selain-Nya…” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 722).

Ciri-Ciri Orang Berhati Keras

Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa ciri orang yang berhati keras itu adalah tidak lagi merespon larangan dan peringatan, tidak mau memahami apa maksud Allah dan rasul-Nya karena saking kerasnya hatinya. Sehingga tatkala setan melontarkan bisikan-bisikannya dengan serta-merta hal itu dijadikan oleh mereka sebagai argumen untuk mempertahankan kebatilan mereka, mereka pun menggunakannya sebagai senjata untuk berdebat dan membangkang kepada Allah dan rasul-Nya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 542)

Orang yang berhati keras itu tidak bisa memetik pelajaran dari nasehat-nasehat yang didengarnya, tidak bisa mengambil faedah dari ayat maupun peringatan-peringatan, tidak tertarik meskipun diberi motivasi dan dorongan, tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti. Inilah salah satu bentuk hukuman terberat yang menimpa seorang hamba, yang mengakibatkan tidak ada petunjuk dan kebaikan yang disampaikan kepadanya kecuali justru memperburuk keadaannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 225).

Orang yang memiliki hati semacam ini, tidaklah dia menambah kesungguhannya dalam menuntut ilmu melainkan hal itu semakin mengeraskan hatinya… Wal ‘iyadzu billah (kita berlindung kepada Allah darinya)… Maka sangat wajar, apabila sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengingatkan kita semua, “Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi hakekat ilmu itu adalah rasa takut.” Abdullah anak Imam Ahmad pernah bertanya kepada bapaknya, “Apakah Ma’ruf al-Kurkhi itu memiliki ilmu?!”. Imam Ahmad menjawab, “Wahai putraku, sesungguhnya dia memiliki pokok ilmu!! Yaitu rasa takut kepada Allah.” (lihat Kaifa Tatahammasu, hal. 12).

Sebab Hati Menjadi Keras

Sebab utama hati menjadi keras adalah kemusyrikan. Oleh sebab itu Ibnu Juraij rahimahullah menafsirkan ‘orang-orang yang berhati keras’ dalam surat al-Hajj ayat 53 sebagai orang-orang musyrik (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/326]). Demikian pula orang-orang yang bersikeras meninggalkan perintah-perintah Allah dan orang-orang yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah (baca: ahlul bid’ah); mereka menyelewengkan maksud ayat-ayat agar cocok dengan hawa nafsunya. Orang-orang seperti mereka adalah orang-orang yang berhati keras (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 225). Selain itu, faktor lain yang menyebabkan hati menjadi keras adalah berlebih-lebihan dalam makan, tidur, berbicara dan bergaul (lihat al-Fawa’id, hal. 95)

Lembut dan Kuatkan Hatimu!

Sudah semestinya seorang muslim -apalagi seorang penuntut ilmu!- berupaya untuk memelihara keadaan hatinya agar tidak menjadi hati yang keras membatu. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa hati seorang hamba akan menjadi sehat dan kuat apabila pemiliknya menempuh tiga tindakan:

  1. Menjaga kekuatan hati. Kekuatan hati akan terjaga dengan iman dan wirid-wirid ketaatan.
  2. Melindunginya dari segala gangguan/bahaya. Perkara yang membahayakan itu adalah dosa, kemaksiatan dan segala bentuk penyimpangan.
  3. Mengeluarkan zat-zat perusak yang mengendap di dalam dirinya. Yaitu dengan senantiasa melakukan taubat nasuha dan istighfar untuk menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukannya (lihat Ighatsat al-Lahfan, hal. 25-26)

Sungguh indah perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah, “Setiap hamba pasti membutuhkan waktu-waktu tertentu untuk menyendiri dalam memanjatkan doa, berzikir, sholat, merenung, berintrospeksi diri dan memperbaiki hatinya.” (dinukil dari Kaifa Tatahammasu, hal. 13). Ibnu Taimiyah juga berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Maka apakah yang akan terjadi apabila seekor ikan telah dipisahkan dari dalam air?” (lihat al-Wabil ash-Shayyib). Ada seseorang yang mengadu kepada Hasan al-Bashri, “Aku mengadukan kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka beliau menasehatinya, “Lembutkanlah ia dengan berdzikir.”

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menginginkan kejernihan hatinya hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada menuruti berbagai keinginan hawa nafsunya. Hati yang terkungkung oleh syahwat akan terhalang dari Allah sesuai dengan kadar kebergantungannya kepada syahwat. Hancurnya hati disebabkan perasaan aman dari hukuman Allah dan terbuai oleh kelalaian. Sebaliknya, hati akan menjadi baik dan kuat karena rasa takut kepada Allah dan ketekunan berdzikir kepada-Nya.” (lihat al-Fawa’id, hal. 95)

Langkah Selanjutnya?

Dari keterangan-keterangan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa untuk menjaga hati kita agar tidak keras dan membatu adalah dengan cara:

  1. Beriman kepada Allah dan segala sesuatu yang harus kita imani
  2. Mentauhidkan-Nya, yaitu dengan mempersembahkan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya dan membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain-Nya
  3. Melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan taat kepada rasul-Nya
  4. Meninggalkan perbuatan dosa, maksiat dan penyimpangan
  5. Banyak mengingat Allah, ketika berada di keramaian maupun ketika bersendirian
  6. Banyak bertaubat dan beristighfar kepada Allah untuk menghapus dosa-dosa kita
  7. Menanamkan perasaan takut kepada Allah dan berusaha untuk senantiasa menghadirkannya dimana pun kita berada
  8. Merenungi maksud ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
  9. Selalu bermuhasabah/berintrospeksi diri untuk memperbaiki diri dan menjaga diri dari kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu
  10. Bergantung kepada Allah dan mendahulukan Allah di atas segala-galanya

Ya Allah, lunakkanlah hati kami dengan mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu…

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

curcol dikit bentar

hmm,, maap yak udah lama ga posting nih -kayak ada yg baca blog ini ajah, hehe-
hari ini adalah penghujung november 2010, insya Allah. dan kalo tulisan ini dipublish, bearti total postingan di bulan november ini cuma 2, hehe..

beberapa hari lalu seakan aku kembali pada kenangan masa lalu. begitu nyata terasa. ngobrol seru dengan seseorang yang pernah kukenal baik namun kami belum pernah bertemu. aku senang. tapi sekaligus sedih. bayangan masa lalu itu kembali menghantui pikiranku. meragukan lagi keputusanku beberapa bulan terakhir ini.

hmm,, secara teori, pilihlah yg terbaik. pilihlah yg bisa membimbingmu dalam kebaikan. pilihlah yg 'jelas'. pilihlah yg berkarakter kuat. pilihlah surga itu. dan itu telah ada di depan mata. insya Allah.
lantas apa yg meragukan langkahku ini?

aku tersentak pada nasehat seseorang:

* Bukan hati yg seharusnya sekeras batu, tp pendirianmu yg seharusnya sekuat pendirian ibu yg anak-anaknya dibunuh oleh fir'aun demi mempertahankan keislamannya, juga seperti Asiyah. Tapi jika kamu terus melanjutkan masalah ini, mungkin hatimu yg akan menjadi batu. Na'udzubillah..

* Hati yg seperti batu, adalah hati yg tidak lagi mengenal nasehat, tidak lagi mengenal jeleknya syubhat, tidak lagi mengenal buruknya maksiat.

* Orang tuamu yg lebih wajib untuk kamu kenalkan manhaj ini, bukan dia!
Orang tuamu lebih berhak atas pengorbanan kamu, bukan dia!
Orang tuamu lebih butuh kamu, bukan dia!
Orang tuamu lebih menjamin bagi surgamu, bukan dia!
Orang tua kamu lebih butuh waktu kamu utk memikirkan masa tuanya, bukan utk dia!
Semoga Allah menyadarkan kamu..

-dengan sedikit editan-

benar. nasehat itu benar. dan sangat menusuk. tanpa sadar air mataku menetes. lalu tumpah dengan deras.

terima kasih untuk seseorang yg telah memberiku nasehat itu. semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. amiin

aku ingin kembali menatap dan menapaki jalan di depanku. aku tak ingin berbalik ke belakang lagi. masa lalu adalah masa lalu. cukup dijadikan pelajaran yg berharga. itulah ujianku dari Allah. semoga aku bisa menghadapinya n mengambil keputusan yg terbaik..

yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik

Rabu, 17 November 2010

siapa

masa lalu masih membayangi

masa sekarang sedang dijalani

masa depan adalah misteri


beri aku keyakinan untuk memilih

siapa